Sabtu, 05 Oktober 2013

Mendekat dong PLN ku



Sebagai satu-satunya Penjual listrik langsung ke konsumen, PLN merupakan “penerang” bagi seluruh masyarakat Indonesia. Apa yang terjadi jika satu-satunya perusahaan penerang tersebut korup? Ini adalah suatu mimpi buruk bagi para pelanggannya. Sebagai perusahaan yang menjual listrik untuk konsumen PLN diharuskan bersih sebersih bersihnya. Jangan sampai kita kalah dengan pengelolaan swasta. Harus ada sanksi serta teguran yang tegas untuk para oknum-oknum yang mencoreng nama baik PLN.
PLN tercatat menjadi BUMN pertama di Indonesia yang membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan LSM anti-korupsi. Ini merupakan komitmen PLN untuk menjadi BUMN yang bersih sehingga kenyamanan kita sebagai konsumen bisa terjamin. Lingkup kerjasama PLN-TII adalah kaji ulang proses bisnis pengadaan dan pelayanan pelanggan agar di kedua proses itu benar-benar tidak ada lagi potensi korupsi dan suap. Proses pengadaan PLN juga harus berstandar Internasional serta mencerminkan pendekatan sebuah korporasi besar, fleksibel dan menjunjung tinggi asas efisiensi, bukan pendekatan sebuah instansi pemerintah yang lebih mengedepankan proyek. Sebagai sebuah perusahaan besar dengan jumlah pegawai puluhan ribu juga diharapkan para direksi-direksi PLN mampu menjalin garis koordinasi yang baik kepada para bawahannya sehingga potensi untuk korupsi juga bisa berkurang. Dengan semakin majunya teknologi bukan hal sulit untuk saling berkordinasi walaupun jaraknya jauh. Para pimpinan bisa tetap mengawasi bawahannya.


Selain itu, proses pelayanan pelanggan juga haruslah modern serta didukung oleh teknologi informasi yang canggih. Kita bisa memanfaatkan jaringan sosial media yang saat ini lebih banyak digunakan masyarakat Indonesia ketimbang koran. Dengan media sosial seperti website, facebook ataupun twitter PLN bisa berkomunikasi langsung dengan para pelanggannya. Sekarang PLN sudah mulai gencar mempromosikan diri lewat media sosial. Bisa dilihat pada akun twitter @PLN_123 jumlah followersnya sudah mencapai 63 ribu. Namun PLN juga masih harus lebih gencar lagi mempromosikan dirinya lewat media sosial tersebut agar semua pelanggannya bisa update tentang berita-berita terbaru dari PLN dan bisa mendengar keluhan-keluhan para pelanggan seperti gangguan atapun adanya percobaan korupsi serta teknis penghitungan listrik prabayar. Sudah ada 5 juta lebih pelanggan yang menggunakan listrik prabayar namun mereka belum mengerti transparasi penghitungannya. Mungkin dari PLN sendiri bisa memberikan pencerdasan lewat media sosial tersebut. Dengan bantuan teknologi ini semua orang jadi bisa tahu jika saat ini terjadi gangguan ataupun pemadaman  bergilir dsb sehingga bisa sedikit mengedukasi pelanggan dan membuka wawasan mereka yang selama ini hanya mampu mencela-cela PLN bisa sedikit mengerti kejadian sebenarnya. Walaupun yang memang diinginkan masyarakat kita sekarang cukup sederhana “Listrik jangan biarpet, kalupun pet ya cepet”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar