Sebagai
satu-satunya Penjual listrik langsung ke konsumen, PLN merupakan “penerang”
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Apa yang terjadi jika satu-satunya
perusahaan penerang tersebut korup? Ini adalah suatu mimpi buruk bagi para
pelanggannya. Sebagai perusahaan yang menjual listrik untuk konsumen PLN
diharuskan bersih sebersih bersihnya. Jangan sampai kita kalah dengan
pengelolaan swasta. Harus ada sanksi serta teguran yang tegas untuk para
oknum-oknum yang mencoreng nama baik PLN.
PLN tercatat
menjadi BUMN pertama di Indonesia yang membuka diri untuk menjalin kerja sama
dengan LSM anti-korupsi. Ini merupakan komitmen PLN untuk menjadi BUMN yang
bersih sehingga kenyamanan kita sebagai konsumen bisa terjamin. Lingkup
kerjasama PLN-TII adalah kaji ulang proses bisnis pengadaan dan pelayanan
pelanggan agar di kedua proses itu benar-benar tidak ada lagi potensi korupsi
dan suap. Proses pengadaan PLN juga harus berstandar Internasional serta
mencerminkan pendekatan sebuah korporasi besar, fleksibel dan menjunjung tinggi
asas efisiensi, bukan pendekatan sebuah instansi pemerintah yang lebih
mengedepankan proyek. Sebagai sebuah perusahaan besar dengan jumlah pegawai
puluhan ribu juga diharapkan para direksi-direksi PLN mampu menjalin garis
koordinasi yang baik kepada para bawahannya sehingga potensi untuk korupsi juga
bisa berkurang. Dengan semakin majunya teknologi bukan hal sulit untuk saling
berkordinasi walaupun jaraknya jauh. Para pimpinan bisa tetap mengawasi
bawahannya.
Selain itu, proses
pelayanan pelanggan juga haruslah modern serta didukung oleh teknologi
informasi yang canggih. Kita bisa memanfaatkan jaringan sosial media yang saat
ini lebih banyak digunakan masyarakat Indonesia ketimbang koran. Dengan media
sosial seperti website, facebook ataupun twitter PLN bisa berkomunikasi
langsung dengan para pelanggannya. Sekarang PLN sudah mulai gencar mempromosikan
diri lewat media sosial. Bisa dilihat pada akun twitter @PLN_123 jumlah followersnya sudah mencapai 63 ribu. Namun PLN juga masih harus lebih gencar lagi mempromosikan dirinya lewat media sosial tersebut agar semua pelanggannya bisa update tentang berita-berita terbaru dari PLN dan bisa mendengar
keluhan-keluhan para pelanggan seperti gangguan atapun adanya percobaan korupsi
serta teknis penghitungan listrik prabayar. Sudah ada 5 juta lebih pelanggan
yang menggunakan listrik prabayar namun mereka belum mengerti transparasi
penghitungannya. Mungkin dari PLN sendiri bisa memberikan pencerdasan lewat
media sosial tersebut. Dengan bantuan teknologi ini semua orang jadi bisa tahu
jika saat ini terjadi gangguan ataupun pemadaman bergilir dsb sehingga bisa sedikit mengedukasi
pelanggan dan membuka wawasan mereka yang selama ini hanya mampu mencela-cela
PLN bisa sedikit mengerti kejadian sebenarnya. Walaupun yang memang diinginkan
masyarakat kita sekarang cukup sederhana “Listrik jangan biarpet, kalupun pet
ya cepet”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar